Kebiasaan Mencabut Rambut, Apakah Baik?

Mencabut rambut bagi sebagian orang adalah hal yang sangat menyenangkan. Terlebih untuk anank-anak generasi milenial yang merasa seru dan menantang untuk mencari rambut spesifik untuk dicabut. Namun apakah sebenarnya baik jika rambut sering dicabut? Mari kita bahas lebih lanjut.

Baik Buruknya Mencabut Rambut

Jika berbicara tentang baik dan buruk dalam aktifitas mencabut rambut, maka jawabannya adalah buruk. Tidak ada baiknya sama sekali. Karena tubuh kita telah memiliki sistem tersendiri untuk melepaskan rambut yang memang sudah rusak. Jadi tidak perlu repot-repot mencabut, rambut yang rusak akan lepas jika memang sudah mencapai siklusnya.

Siklus pada pertumbuhan rambut terbagi beberapa fase :

  1. Fase Categan
    Masa transisi pertumbuhan rambut yakni antara tumbuh dan istirahat.
  2. Fase Telogen
    Masa istirahat dalam siklus pertumbuhan rambut manusia.
  3. Fase Eksogen
    Yang merupakan Fase lepasnya rambut dari folikel rambut secara otomatis.

Jadi adanya folikel rambut tidak lantas membuat kepala menjadi gatal atau menyebabkan kebotakan. Justru kebiasaan mencabut rambut yang dapat berakhir kepada kebotakan. Apalagi sering kali pencabutan itu biasanya akan terangkat hingga ke akar-akar rambut.

Alasan Mencabut Rambut

Terdapat banyak sekali alasan-alasan mencabut rambut yang dilakukan oleh orang-orang. Sebagian yang tua, mencabut rambut putih dengan alasan menyebabkan gatal. Sedangkan yang muda sering mencabut rambut yang keriting dimana juga mereka percaya menyebabkan gatal. Padahal rasa gatal tersebut seharusnya akan datang sesaat setelah rambut tersebut dicabut. Dan lagi, rasa gatal tersebut seharusnya tidak bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa anak muda juga suka mencabut rambut yang patah. Hal tersebut malah akan membuat keratin rambut semakin terbuka dan semakin mudah rusak. Dan sebagian lainnya suka mencabuti rambut karena merasa bosan atau merasa seru saat berhasil mendapatkan rambut aneh dari kepala temannya.

Namun sebenarnya tindakan mencabut rambut benar-benar tidak diperlukan sama sekali.

Hal yang Menyebabkan Kepala Gatal

Kulit kepala mungkin saja terasa gatal, namun hal tersebut tidak berhubungan dengan rambut. Kebanyakan adalah memang pada masalah kulit kepala itu sendiri. Contoh :

  • Dermatitis Seroboik
    Gatal tersebut disebabkan seroboik terdapat ketombe.
  • Tinea Kapitis
    Pola botak di bagian kepala yang mana masih memiliki tepi yang aktif.
  • Dermatitis Kontak Alergi
    Terjadi kontak kulit dengan zat-zat lain seperti shampoo atau perawatan rambut lainnya hingga timbulnya reaksi alergi.

 

Gunung Di Indonesia Maupun Di Luar Negeri Sama Indahnya

Bukan mimpi utama gue untuk berada di atap-atap tertinggi berbalutkan salju.. Entah kenapa, tapi memang mimpi gue bukan ada disitu.. Tapi kesempatan kali ini gue menyebutnya sebagai hadiah atas semua perjuangan..

Pagi itu, suhu minus 18-22 derajat menyambut perjalanan gue menuju Annapurna.. Akh! Mestakung.. Semesta Mendukung.. Gusti maha baik, cuaca cerah banget hari itu.

Tangan yg kebas, sudah bisa mulai bergerak lagi seiring datangnya hangat matahari.. Anjiirrr!!! Dingin sumpah!!.. Salju tebal 50-100cm menghiasi jalur menuju ABC.. Ampun langkah semakin berat, apalagi masih belum terbiasa menggunakan crampons.

Tidak semua perjalanan lancar mulus seperti paha bayi.. pasti ada rintangan.. Tapi gue bersyukur pagi itu bisa menjajakan kaki di salah satu sudut Megahnya Himalaya

Matur Suksma Gusti.. Aku mah kecil.. Secuil dari semua ciptaan-Mu.. Matur Suwun Gusti.. Nikmat luar biasa diberikan hadiah seperti ini..
Indonesia.. This is for you
Semoga kamu lebih baik lagi!

Puncak winter di Annapurna adalah akhir January sampai February.. Hujan batu es sampai hujan salju suka datang tiba-tiba.. Saat winter suhu bisa drop sampai minus 25 derajat di malam hari.. Perlengkapan harus extra nih disiapkan.. Selimut tebal dari Guesthouse ajah bisa tembus dinginnya.

Tp gue bersyukur.. Sepanjang perjalanan gue, pagi sampai siang selalu cerah, hanya 2 hari gue kena badai salju.. Dan favorite moment.. paling seneng kalo udah ketemu matahari.

Kalo ditanya kangen gak sama Gunung di Indonesia? Gue bakalan jawab KANGEN BANGET!!! KANGEEENN… Tapi gue gak boleh egois.. Biarin dulu gunungnya istirahat, belum lg ditambah cuaca yg sedang extreme.. Gue akan lebih memilih menahan Ego utk gak naik gunung di bulan-bulan ini.

Sempet sedih denger beberapa orang meninggal karna kesamber petir, hypo karna hujan.. Gak bisa salahin cuaca karna memang cuaca itu Anugerah.. Tinggal gimana manusia ajah yg menyikapinya

Adakah disini yg lebih maksain tetep naik gunung saat musim seperti sekarang ini? 🙂
Pilihannya memang balik lagi ke diri masing-masing.. Semua memang sudah ada yg ngatur, tapi menjadi bijak itu juga pilihan bukan?