Tiduran di Hammock Menikmati Indahnya Raja Ampat

Aku sedang asyik tidur-tiduran di hammock hamuecorajaampat ketika tiba-tiba Handphoneku berdering. Ada sebuah pesan masuk. 1 Line Message. Lalu, aku membuka pesan tersebut.

Bhara: Yud, lagi di Raja Ampat? Gue lagi di Raja Ampat nih. Ketemu yuk, sekalian temenin gue jalan-jalan besok. -Bhara.

Yudha: Hey Bhar! Okay, ayo ketemu dulu di Waisai siang ini.

Lalu aku mengatur janji untuk bertemu dengan Bhara seusai shalat Jumat. Setelah Jumatan, aku bertemu Bhara yang dulu kukenal karena pernah trip bareng di kepulauan Seribu. Dia mengajakku untuk keliling kepulauan Raja Ampat. Aku mengiyakan, dan kami sempat mampir ke beberapa lokasi di Waisai untuk ngobrol ngalor ngidul.

Keesokan harinya, aku dijemput di dermaga hamuecoresort pukul 7 pagi. Bhara bersama keluarga dan beberapa tamu resort menyewa speedboat untuk hopping island hari ini. Tujuan pertama kami adalah Desa Pasir Timbul.

“Tuh pasir timbul, sama kan kayak yang di Pulau Harapan? Jauh-jauh kesini sama aja lho!” aku meledek Bhara.

“Ya beda lah dul! Bentuknya sama belum tau kan bawahnya gimana.

“Ya bawahnya pasir lah, emang mau apaan lagi?”.
.
“Au ah bodo amat gue mau main pasir pokoknya.”.

Lalu aku, Bhara, dan seisi kapal segera berlari menuju ke pasir timbul. Terlihat ada beberapa burung diatas kepalaku, berpadu dengan langit yang sangat cerah dan awan-awan gemuk berwarna biru muda.

Puas bermain di Pasir Timbul, aku dan Bhara bergegas menuju Pulau Arborek. Pulau Arborek adalah salah satu pulau yang biasa dikunjungi oleh para turis yang jalan-jalan ke Raja Ampat. Di pulau itu, ada sebuah Desa. Tujuan kami adalah makan siang sambil snorkling di Desa tersebut.

Kami sempat mampir ke Desa Yenwaupnor untuk memesan makan siang lalu berlayar menuju Arborek. Tak lama, kapal segera menambatkan lambungnya pada dermaga. Kami naik ke atas dermaga dan menyiapkan alat-alat untuk snorkling. Bhara terlihat sibuk dengan dive equipmentnya– ya, dia akan melakukan Discovery Dive disekitar Pulau Arborek.

Aku segera mengambil snorkle dan fin lalu melompat kedalam air. Dari jauh aku melihat beberapa sosok anak kecil yang sedang berenang bersama. Karena penasaran, aku menghampiri mereka dan melihat langsung kesederhanaan mereka.

Bocah-bocah itu bermain kapal-kapalan menggunakan sterefoam bekas. Mereka berusaha untuk naik keatas sterefoam sambil mengayuhkan tangan agar sterefoam tersebut bergerak. Sungguh, jauh sekali perbedaan antara permainan anak kota zaman sekarang dan anak desa. Dimana yang satu memegang Tablet bermain kapal-kapalan, yang satu benar-benar mencoba membuat kapalnya sendiri dengan segala keterbatasan yang ada.